Mari Berprilaku Dermawan Di Bulan Ramadhan
Di bulan Ramadan ini, kita selayaknya
juga meningkatkan rasa ke dermawan an kita sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah
SAW. Ramadhan, kalau dilihat dari sisi hikmahnya mengajarkan kita untuk
mengasah kepekaan sosial. Orang yang berpuasa, diharapkan tidak hanya soleh
secara ritual, tapi juga saleh secara sosial. Sifat dermawan adalah sifat yang
sangat terpuji lagi mulia. Cukup lah bagi kita untuk memahaminya, bahwa Allah
swt telah menasbihkan diriNya dengan sifat “al-Karim”, Yang Maha Dermawan.
Kalau lah tidak karena kedermawanan Allah, kita pasti tidak memiliki apa-apa,
tidak kesejahteraan, tidak pula ketentraman.
Dermawan juga merupakan sifat para
Nabi, para sahabat, serta orang-orang saleh. Seorang yang dermawan akan
ditutupi Allah aib dan keburukannya. Bahkan kebaikan demi kabaikan akan
diperolehnya. Seorang penyair Arab pernah mengatakan “Seorang dermawan, apabila
engkau memujinya, maka semua orang akan ikut memujinya, namun apabila engkau
mencelanya, akan kau dapati bahwa hanya engkau sendiri yang mencelanya”.
Dermawan artinya rela berkorban di
jalan Allah dengan harta atau bahkan jiwa dan raga. Dermawan bisa terwujud
dalam bentuk: uluran tangan untuk memberi sedekah, infak, zakat, bantuan dana
pembangunan masjid, sumbangan ke sekolah; ke pasantren; panti asuhan, dan juga
termasuk membantu para pengungsi, korban bencana dan lain sebagainya. Derwaman
merupakan cerminan rasa solidaritas kemanusiaan dari seorang hamba Allah Yang
Maha Kasih kepada hamba lainnya yang memerlukan.
Tingkat tertinggi dari kedermawanan
adalah “Iitsar”, yaitu memberikan sesuatu kepada orang yang lebih memerlukan,
padahal ia sendiri masih memerlukannya. Inilah yang digambarkan Allah swt dalah
surat al Hashr ayat 9 dalam menceritakan kedemawanan kaum Anshar (penduduk
Madinah) kepada kaum Muhajirin yang datang dari Makkah untuk berhijrah.
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Dan mereka ber-itsar
(mengutamakan orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka
memerlukan.”
Ayat ini turun pada seorang sahabat
yang dimintai Rasulullah agar bersedia menerima seorang tamu untuk bermalam
dirumahnya. Karena rasa hormat sahabat tersebut kepada Rasulullah, maka
diterimanya tamu tersebut, padahal ia menyadari tidak memiliki apapun untuk
disuguhkan kecuali makan malam yang pas-pasan untuk keluarganya. Sahabat
tersebut bersama isterinya lalu meninabobokkan anak-anak mereka hingga mereka
tertidur sebelum makan malam, lalu dipadamkannya lampu ruangan sebelum mereka
menyuguhkan makan malam kepada sang tamu. Lalu ia duduk bersama tamu
berpura-pura ikut menyantap makanan, padahal ia tidak ikut makan karena
khawatir akan sedikitnya makanan yang disuguhkan. Pagi harinya Allah
mengabadikan sifat kedermawaan sahabat tersebut dalam ayat diatas untuk diingat
dan dijadikan suri teladan umat Islam bahwa betapa mulianya sifat dermawan ini.
Kedermawanan seseorang akan menunjukkan
keberanian dalam dirinya, karena ia tidak merasa takut akan kehilangan apa yang
ia berikan kepada orang lain. Kedermawanan juga mencerminkan iman yang kuat dan
kokoh, karena ia yakin bahwa apa yang diberikannya kepada orang lain niscaya
akan mendapatkan ganti dari Allah. Inilah apa yang telah dijanjikan oleh Al
Qur’an:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
”Dan apa yang kalian infakkan,
maka Dia (Allah) pasti menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang
sebaik-baiknya” (Q.S. Saba’ : 39).
Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ
مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ
بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ
النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ
بَخِيلٍ
Dari Abi Hurairah ra, Dari Nabi SAW:
Beliau bersabda “Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan sorga dan
dekat dengan manusia .jauh dari neraka Sedangkan orang bakhil dan kikir
jauh dari Allah, jauh dari sorga dan jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka,
dan orang yang bodoh tapi dermawan lebih disukai oleh Alloh tinimbang orang
alim tapi bahil”. HR. At-Tirmidzi.
Kedermawan yang dianjurkan adalah yang
disertai keikhlasan untuk membantu saudara yang memerlukan dan demi mencari
keridlaan Allah. Inilah yang akan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah
SWT.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
”Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan harta mereka di jalan Allah, adalah sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan
(pahala) bagi siapa yang dikehendakiNya. Allah maha luas karuniaNya dan lagi
maha mengetahui” (al-Baqarah:261).
Di bulan Ramadan ini, patut kita
menggugah diri, dengan kacamata kedermawanan untuk menaruh perhatian kepada
saudara-saudara kita yang kebetulan bernasib kurang baik. Saudara-saudara kita:
yang kelaparan, yang sakit, yang putus sekolah, yang kehilangan pekerjaan dan
yang terlunta-lunta di pengungsian. Mereka menantikan uluran tangan, namun
sering kita enggan untuk memberikan apa yang labih dari harta yang kita miliki.
Puasa kita dengan meninggalkan makan dan minum seharian, tentu mengingatkan
kita kepada saudara-saudara kita yang kelaparan dan kehausan, karena kemiskinan
dan penderitaan mereka.
Di bulan Ramadan ini, kita selayaknya
juga meningkatkan rasa kedermawanan kita sebagaimana diteladankan oleh
Rasulullah SAW.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ
أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام
كَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ سَنَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ
عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا
لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu Abbas RA, bahwa
Rasululloh SAW, adalah orang yang paling pemurah dengan kebaikan,
Sedangkan saat paling pemurah bagi beliau adalah pada bulan Ramadhan,
sesungguhnya Malaikat Jibril AS, selalu menemui Beliau setiap tahun di bulan
Ramadhan pada setiap malam,Maka Rasululloh SAW membacanya Al Qur’an dihadapan
Malaikat Jibril. Rasululloh SAW ketika dikunjungi malaikat Jibril lebih
dermawan dari angin yang berhembus. (HR. Muslim)
Dalam Riwayat Ahmad
Menyebutkan sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ مِنْ أَجْوَدِ النَّاسِ
وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ كُلَّ
لَيْلَةٍ يُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدَ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu Abbas RA, bahwa
Rasululloh SAW,adalah orang yang paling pemurah Sedangkan saat
paling pemurah bagi beliau pada bulan Ramadhan adalah pada saat malaikat jibril
mengunjungi beliau, Malikat Hibril selalu mengunjungi Nabi setiap malam
bulan Ramadhan,lalu melakukan mudarosah Al Qur’an dengan Beliau. Rasululloh SAW
ketika dikunjungi malaikat Jibril lebih dermawan dari angin yang berhembus.
(HR. Ahmad).
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya,,,,,,,,,,,,,,