KHUTBAH JUM'AT
Beriman Kepada Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Sallam
Kenging nyusun : Aa Rahmat, S.Ag
Jema’ah Jum’at Rahikumullah, hayu urang emutan,
dua sifat anu agung anu ngarupikeun pangkat dan keagungan khusus pikeun umat
Islam, pikeun hadirin jamaah Jum’at, khusus pikeun urang anu iman. Dua sifat
eta nyaeta syukur jeung shabar.
Dina waktu anu mulya ieu jeung saterusna dugi
akhir hayat, hayu urang tetap sandang
dua sifat tadi, “syukur jeung shabar”. Dina kesempatan ieu, nyukuran hidayah
Iman, Islam dan Taqwa, hayu urang bahas sakedik “Syukur atas Iman kepada Nabi
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam, sarta shabar dina negakkeun sunnah
anjeuna.
- Iman kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam nyaeta dasar agama anu agung, dienul Islam, sakumaha sabda Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam:
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى
خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ ...
“Hartosna: Islam teh dibangun
di atas lima rukun, bersaksi bahwa te aya sesembahan anu haq salian
Allah,jeung bahwa Muhammad nyaeta hamba dan RasulNya ... (HR. Muslim )
Setelah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
maka beriman kepada Rasulullah Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah
sebagai pondasi yang utama. Sebab seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas
keimanan pada Allah dan Rasul Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam. Sehingga
orang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa saja, itu tidaklah cukup, dan batal Iman yang demikian itutidak sah.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ،
لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّة يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَا نِيٌّ،
ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ. (رواه مسلم)
“Demi Allah yang jiwa
Muhammad ada di tanganNya! Tidak seorangpun yang mendengar tentang aku dari
umat (manusia) ini, seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan
tidak beriman kepada yang aku diutus karenanya, kecuali ia termasuk menjadi
penduduk Neraka”. (HR. Muslim
I/34).
Itulah pentingnya beriman kepada Rasul yang
merupakan pondasi agama dan amal-amal ibadah. Sehingga tanpa mengimani Rasul
alias ingkar kufur pada Rasul, maka gugurlah amal kebaikan serta jauh dari
rahmat Allah.
Allah
berfirman:
“Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amal-amalnya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Maidah: 5)
“Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amal-amalnya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Maidah: 5)
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya”.
Bahkan
mereka akan ditimpa musibah dan adzab yang pedih, sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an surat An-Nur : 63.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”.
Oleh sebab itu maka hendaklah kita senantiasa
bersyukur kepada Allah atas hidayah Iman kita kepada Rasulullah Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Sallam dengan bersabar dalam mengikuti dan mentaati
beliau.
- Siapakah Rasulullah Muhammad itu?
Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam adalah manusia biasa, bukan malaikat dan bukan pula
anak Tuhan atau lain-lainnya. Beliau secara manusiawi sama dengan kita seluruh
umat manusia.
Terbukti beliau terlahir dari jenis manusia,
ayahanda beliau serta ibunya adalah Abdullah bin Abdul Muthallib, serta
ibundanya bernama Aminah, keduanya dari suku Quraisy di Makkah Mukarramah
keturunan Nabiyullah Ismail bin Nabi Ibrahim ‘alaihimas salam. Sebagai
rahmat dan jawaban atas permohonan Abul Anbiya’ Ibrahim alaihis salam
yang tercantum dalam firman Allah:
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka
seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka
ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan
Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesunggu-hnya Engkaulah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah: 129).
Allah menegaskan agar beliau menyatakan tentang
diri beliau, dengan firmanNya dalam surat Al-Kahfi ayat 110 dan ayat-ayat yang
lain:
“Katakan, sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku”(Al-Kahfi : 110)
“Katakan: “Aku tidak mengatakan kepadamu,
bahwa per-bendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang
ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku
tidak mengetahui kecuali yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama
orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak
memikirkan(nya)? (Al-An’aam: 50).
Rasulullah juga berwasiat agar beliau tidak
dihormati secara berlebihan, seperti orang-orang Nashara menghormati Nabi Isa
'Alaihis Salam, beliau melarang ummatnya menjadikan kuburan beliau sebagai
tempat sujud, melarang menggelari beliau dengan gelaran yang berlebihan atau
memberikan penghormatan dengan berdiri ketika beliau hadir.
Dari sahabat Amr Radhiallaahu anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
وَلاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا
أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ. فَقُولُوا: عَبْدُ
اللهِ وَرَسُوْلَهُ. (رواه البخاري)
“Janganlah kamu memuji aku (berlebihan) sebagaimana orang Nasrani memuji
Isa Ibnu Maryam. Sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba, maka katakanlah:
Hamba Allah dan RasulNya”. (HR. Al-Bukhari)
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu meriwayatkan,
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ تَجْعَلُواْ
بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا. وَلاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِيْ عِيْدًا (رواه أبو داود).
“Janganlah engkau jadikan
rumah-rumahmu sebagai kuburan (sepi dari ibadah) dan jangan engkau jadikan
kuburanku sebagai tempat perayaan” (HR.
Abu Dawud).
Dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Sallam bersabda:
لاَ تَتَّخِذُواْ قَبْرِي عِيْدًا، وَلاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ
قُبُوْرًا، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَصَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ
تَبْلُغُنِيْ. (رواه أحمد)
“Jangan engkau jadikan
kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah engkau jadikan rumah-rumah
kamu sebagai kuburan dan dimanapun kamu berada (ucapkanlah do’a shalawat
kepadaku) karena sesungguhnya do’a shalawatmu sampai kepadaku”. (Diriwayat-kan Imam Ahmad).
- Cara dan konsekwensi beriman kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka, segala yang baik dan mengharamkan mereka dari segala yang buruk dan membuang bagi mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”). (Al-A’raf: 157).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya,,,,,,,,,,,,,,